Surat untukmu

Aku masih berharap, ada kesempatan untuk kita.

Surat terbuka ini aku tulis untukmu. Seseorang yang aku harapkan bisa tumbuh bersama, menua bersama, di satu atap yang sama.

10 tahun yang lalu, perasaan ini tumbuh. Berkali kali aku berpindah arah, hasilnya tetap sama, tujuanku masih mengarah padamu.

Kita pernah mencoba kembali bersatu, tapi nyatanya gagal (lagi). Kegagalan kemarin benar benar membuatku terpuruk. Aku mencoba bangkit, mencari cara agar selalu sibuk, agar tidak sedetikpun ingatanku berputar tentangmu. Nyatanya, usahaku gagal.

Sampai detik ini aku masih mengharapkan kamu kembali.

Mungkin sudah tidak akan ada lagi “kita”. Tapi jika kamu membaca ini, ketahuilah jalan yang aku ambil sekarang bukan jalan buntu. Sebuah alternatif yang aku ambil untuk menyelamatkan kewarasanku kembali. Hanya ada 2 kemungkinan kedepannya selain kemungkinan takdir kematian menghampiri. Pertama, aku mungkin akan bisa mengikhlaskanmu lalu mencoba mencintai orang lain, mungkin saja aku menikah dengan warga lokal dan selamanya aku akan berada disana. Kedua, seseorang akan melamarku, menjempudku untuk kembali hidup di Jawa. Orang itu aku harap adalah kamu.

Aku tidak pernah tahu kemungkinan apa yang akan terjadi.

Sekarang aku hanya menyerahkan segalanya kepada Yang Maha Kuasa. Usahaku hanya melalui doa kepadaNya. Biar semua berjalan semestinya apakah akan mengarah ke kemungkinan pertama atau kemungkinan kedua.

Kali ini, aku akan menjalani hidup dengan baik dahulu, sampai waktunya tiba aku yakin Allah sudah menyiapkan yang terbaik untukku.

Satu lagi harapku, entah kapan, semoga kamu membaca ini di waktu yang tepat.

Tinggalkan Komentar